Peradaban Islam di Spanyol

A. Islam di Andalusia Spanyol


Pemerintahan Islam yang pertama kali menduduki Spanyol adalah Khalifah dari Bani

Umayyah yang berpusat di Damaskus (Salwasalsabila, 2008: 21). Sebelum penaklukan

Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu

propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di

zaman Khalifah Abd Malik (685-705 M). Khalifah Abd Malik mengangkat Ibnu Nu’man al

Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al Walid (705-715 M), Hasan

Ibnu Nu’man sudah digantikan oleh Musa Ibnu Nushair.

Di saat al Walid berkuasa, Musa Ibnu Nushair sukses memperluas wilayah

kekuasaannya dengan menduduki daerah Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga

menyempurnakan penaklukan ke berbagai wilayah bekas kekuasaan Bangsa

Barbar di sejumlah pegunungan sehingga mereka menyatakan loyal dan berjanji

tidak akan membuat kekacauan seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya (Sudirman,2011).

Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini

merupakan basis kekuasaan kerajaan Romawi yaitu kerajaan Gotik. Kerajaan ini

sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan

Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai

memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol (Fauziah dan Juana, 2016: 81-82).

B. Kemajuan peradaban Islam di Spanyol

Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam bidang

intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidang kebudayaan dalam hal ini

bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya. Puncak kemajuan peradaban

Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa (Fauziah dan Juana, 2016).

1. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi

pada abad ke-9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang

didasarkan pada pola-pola negeri Timur mengantarkan pada pembudidayaan

sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan, meliputi buah ceri,

apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas, rami dan sutera.

Beberapa kota seperti seville dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran

melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan internasional (Fauziah dan Juana, 2016).

C. Kemajuan Intelektual dan Ilmu Agama

a. Filsafat

Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu, antara lain Abu Bakar Muhammad Ibn As-Sayiq yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah. Melalui pemikirannya, Ibn Bajah sering mengembangkan berbagai permasalahan yang bersifat etis dan eskatologis. Filosof selanjutnya adalah Abu Bakar Ibn Tufail, melalui berbagai karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal berjudul Hay Ibn Yaqzan. Para filosof lainnya adalah Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga dikenal ahli Fiqh (Fauziah dan Juana, 2016).

b. Sains Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia

Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga

berkembang baik di Spanyol saati itu. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli di bidang obat-obatan. Umm alHasan bint Abi Ja’far dan al-Hafidz adalah ahli kedokteran dari kalangan wanita. Dalam bidang sejarah dan geografi, lahir banyak pemikir terkenal, di antaranya adalah Ibn Zubair dari Valencia, ia telah menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia, Ibn Batuthah dari Tangier telah berhasil mencapai Samudra Pasai dan Cina, Ibn Khatib telah berhasil menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun adalah perumus filsafat sejarah (Maskhuroh, 2017).

c. Tafsir Salah satu mufasir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi. Nama

lengkapnya Abu Abdilah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh AlAnshari

AlKhazraji Al-Andalusi (wafat 1273 M) karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’u li ahkam Al-Quran, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid, di kenal dengan nama tafsir Al-Qurtubi (Romdloni, 2019: 10,13).

d. Fiqih

Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam sebagai pusat penganut mazhab Maliki.

Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam sebagai pusat penganut mazhab Maliki. Dalam hal ini yang memperkenalkan mazhab Maliki di Spanyol adalah Ziyad bin Abd ArRahman. Perkembangan selanjutnya di tentukan oleh ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisam bin Abdurrahman (Romdloni, 2019).

D. Kemajuan Kebudayaan

Budaya ilmiah progresit adalah budaya yang sehari-hari mewarnai kehidupan mereka.

Biasanya Hasil pekerjaan (seni dengan menggunakan) logam (metal-work) termasuk

didalamnya dekorasi dengan bahan baku emas dan perak banyak dijumpai sebagai bukti

kemajuan kebudayaan masyarakat Islam Spanyol di antaranya adalah dekorasi interior

Al-Hamra dan peninggalan Hisyam II (976-1009 M) yang masih terpelihara pada bagian

atas altar katedral di Gerona, berbentuk peti mayat kayu yang dilapisi perak yang berkilat

dan bergambar, hasil karya dua orang pengrajin Arab Badr dan Tarif, yang keduanya

merupakan anggota Istana. Barang-barang dari keramik juga ditemukan, di samping

barang logam, dengan pusat industrinya di Valencia, yang imitasinya belakangan ini

diketahui baru ada pada abad ke-15 di Belanda (Nasrah, 2004: 12-13).

Industri keramik ini akhirnya juga sampai ke Italy. Selain dari itu, seni dalam tekstil yang mewah juga tertuang dalam hamparan karpet-karpet Spanyol dengan Cordova sebagai pusat industri tenunannya.

Hal lain yang tidak kalah menariknya dalam masyarakat Islam Spanyol adalah seni musik. Seni musik Islam Spanyol merupakan gabungan dari sistim Persia-Arab. Sistim tersebut di bawa ke Spanyol pada tahun 822 oleh Ziryab, seorang siswa sekolah musik Ishag alMaushuli di Baghdad (Nasrah, 2004).

Jasa-jasa seniman musik muslim sangat banyak jumlahnya. Di antarnya musik Mensural (ukuran tempo dan nada), glossa (tangga nada), tarkib atau compound (gesekan pada not serentak) dan Octave sehingga melahirkan harmoni, yang belum dikenal pada waktu itu di daratan Eropa. Masyarakat barat sekarang ini juga mewarisi alat-alat musik yang bersenar dari masyarakat Islam. Sehingga ahirnya disimpulkan bahwa masyarakat barat berhasil menemukan revolusi musik dewasa ini, sebetulnya merupakan kelanjutan dari revolusi musik pada masyarakat Islam (Nasrah, 2004).

E. Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan

Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pula, irigasi, jembatan-jembatan, saluran air, dan lainlain. Pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman.Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Al-Zahra, Istana Ja‘fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, Masjid Seville, dan Istana Al-Hamra di Granada (Fauziah dan Juana, 2016).

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kekuasaan Islam di Spanyol antara lain

yaitu:

1. Tidak Adanya Ideologi

Masyarakat Islam Spanyol yang terdiri dari berbagai etnis dimana mula awal pembentukan kekuasaan ini sering timbul konflik, sikap superioritas dan rasialis, fanatisme, ketidak puasan yang melahirkan pemberontakan bercampur-baur pada kekuasaan dinasti ini dimana mereka sulit disatukan dalam satu ideologi yang bermakna persatuan, apalagi tidak ada figure pemersatu (Taufiqurrahman, 2001).

2. Konflik Penguasa Muslim

Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaankerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Hal itu menyebabkan kehidupan Negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran (Yatim, 2008).

3. Kesulitan Ekonomi

Para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina perekonomian. akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Karena itulah kekuasaan bani ummayah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella (Yatim, 2008: 108).

5. Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari afrika utara. Dengan demikian, tidak ada kekuasaan alternative yang mampu membendung kebangkitan Kristen di Spanyol (Yatim, 2008: 108).

F. Analisis Runtuhnya Islam Di Spanyol

Periode penaklukan kembali Spanyol dimulai sejak jatuhnya kekhalifahan umayyah pada abad ke 11. Para sejarah Spanyol menganggap pertempuran Covadonga tahun 718 di sini pemimpin Asturia, Pelayo, memukul mundur pasukan Islam sebagai tanda di mulainya penaklukan yang sesungguhnya. Pada abad 13 berlangsung dua proses penting kristenisasi dan penghabungan Spanyol. Menkristenisasi negeri itu tentu saja berbeda dengan mempersatukan, atau merebutnya kembali. Satu-satunya Kawasan di semenanjung itu, tempat Islam berakar kuat adalah kawasan yang menjadi lahan pertumbuhan peradaban semit dan kartago. Di penghujung abad 13, di seluruh daratan itu, banyak kaum muslim yang telah tunduk pada Kristen melalui penaklukan maupun melalui perjanjian tetapi tetap mempertahankan hukum dan agama (Romdloni, 2019: 13).

Banyak orang yang mengadopsi nama Kristen sebagai nama publik tetapi menggunakan nama Arab secara pribadi. Pada awal 1501, di keluarkan sebuah dekrit kerajaan yang berbunyi bahwa semua muslim di Castile dan leon mesti memeluk agama Kristen, atau tidak mereka mesti meninggalkan Spanyol. Pada 1556, Philip II menetapkan sebuah hukum yang mewajibkan semua muslim untuk meninggalkan bahasa, peribadatan, institusi, dan cara hidup mereka. Perintah pengusiran terakhir ditandatangani oleh Philip III pada 1609, yang mengakibatkan deportasi secara paksa, hampir semua orang muslim di dataran Spanyol. Diceritakan bahwa sekitar setengah juta muslim mesti merasakan nasib yang sama, kemudian banyak orang muslim yang meninggalkan Spanyol lalu mendarat di pantai-pantai Afrika. (Phillip, 1937: 706).

Daftar Pustaka

Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali pers,

2008.

Lailatul Maskhuroh. “Islam Spanyol.” STIT Urwatil Wutsqo, t.t., hal.109-111,113.

Nasrah. “Sebab-Sebab Kehancuran Islam di Spanyol.” UIN Sumatera Utara, 2004,

hal.12-13.

Nur Dinah Fauziah & Muhammad Mujtaba Mitra Juana. “Peradaban Islam di Andalusia

(Spanyol),” Syariah dan Hukum Islam, Vol 1 No.1 (Maret 2016).

Philip K. Hitti. History of the Arabs. Jakarta: Palgrave Macmillan, 1937.

Romdloni. “Analisis Runtuhnya Islam di Spanyol.” STKIP Nurul Huuda Oku Timur,

2019,

Sudirman. “Islam dan Peradaban Spanyol.” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011.

Taufiqurrahman. “Sejarah Politik Masyarakat Islam.” Bina Usaha Yogyakarta, 2001.

Comments

Popular posts from this blog

UAS ILMU MANTIQ : JURNAL 2

Sejarah Peradaban Islam 2 (UAS) : Kerajaan Islam Zaman Penjajahan Belanda