Peradaban Turki Usmani
A. Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Turki Utsmani
Menurut Hamka dan Supriadi, kerajaan Turki Usmani dibangsakan
kepada nenek
moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogol
Ibnu Sulaiman
Syah Ibnu Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah. Turki Usmani
berkuasa sejak
abad ke-13 sampai abad ke-19. Raja pertama Turki Usmani adalah
Utsman dengan gelar
Padisyah Ālu Uṣmān atau raja dari keluarga Utsman. Padisyah Ālu Uṣmān
(Usman I)
mengumumkan berdirinya kerajaan Turki Usmani pada tahun 699 H/1300
M. Pendiri
kerajaan ini dan keturunannya berkuasa sampai tahun 1922 M.7 Ini
menunjukkan bahwa
kerajaan ini mulai berkuasa dari abad ke-14 sampai dengan awal abad
ke-20.
(Yatim, 1993: 130).
Suatu masa kekuasaan yang sangat panjang,
sekitar 7 abad lamanya, dan diperintah oleh 36 orang raja, sejak
diproklamirkannya oleh Usman pada tahun 1299 M. dan menjadi raja pertama sampai
dengan Muhammad IV Wahīd al-Dīn sebagai raja terakhir yang memerintah tahun
1918- 1922 M.8 Kerajaan Turki Usmani mencapai puncaknya pada masa pemerintahan
Sultan Muhammad II (1451-1484 M) (Yatim, 1993).
Usaha
ini dilanjutkan oleh raja-raja sesudahnya, hingga dikembangkan oleh Sultan
Sulaimān al-Qānūn (1520-1566 M). Kerajaan Turki Usmani diperintah oleh
raja-raja yang memiliki keahlian di bidang politik pemerintahan, dan
kemiliteran, sehingga tidak heran jika kerajaan ini dapat menguasai daerah yang
sangat luas, yang meliputi semenanjung Balkan, Asia Kecil, Arab Timur
Tengah,Mesir, Afrika Utara (Supriadi, 2008: 248).
Dinasti Turki Usmani mempertahankan
perbatasan islam dan mengadakan ekspansi, mereka berseteru dengan Dinasti
Shafawiyah untuk memperbutkan Anatholia dan Irak. Dinasti Shafawiyah
memproklamirkan Syiah sebagai agama resmi dinasti, sedangkan Dinasti Turki Usmani
menganut ajaran Sunni seiring dengan perluasan imperium yang meliputi pula
pusat-pusat budaya tinggi islam perkotaan (Hounari, 2004: 422).
1. Perkembangan Turki Utsmani.
Dalam hal ini, Syafiq A. Mughni membagi
sejarah kekuasaan Turki Usmani menjadi 5 periode, yaitu : (Mughni, 1997: 51)
·
Periode
pertama (1299-1402), yang di mulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama
sampai kehancuran sementara serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I
sampai pemerintahan Bayazid.
·
Periode
kedua(1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan
sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I
·
Periode
ketiga (1566-1699), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk
mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera
terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II
·
Periode
Keempat (1699-1838), periode ini di tandai dengan berangsur-angsur surutnya
kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang ditangan para penguasa wilayah,
dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II
· Periode kelima (1839-1922), periode ini di tandai dengan kebangkitan kultural dan administrates dari Negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A. Majid sampai A Majid II.
2. Kemajuan Peradaban Islam Turki Usmani.
·
Bidang Militer dan Perluasan Wilayah
(terbentuklah sebuah kesatuan militer yang di sebut Yeniseri atau Inkisariyah
(Arab))
·
Bidang Pemerintahan (orang pertama yang
berkuasa disebut sultan. Orang kedua yang berkuasa adalah Wazir besar. Ia
adalah ketua badan penasehat kesultanan yang membawahi semua Wazir dan Amir.
Sebagai symbol kekuasaannya, Ia di angkat sebagai wakil Sultan) (Ali, 1978: 364).
· Bidang Ilmu Pengetahuan (Muncul Ilmuwan diantaranya Mustafa Ibn Abdullah seorang ahli sejarah dan ahli bumi dan Daud Inthaqy seorang pengarang ilmu dalam bidangnya) (Stodard, 1996: 26).
3. Runtuhnya Turki Utsmani
H.D. Sirojuddin AR. Mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan
kemunduran kerajaan Turki Usmani, yang meliputi: perluasan wilayah,
administrasi yang tidak beres, bangsa dan agama yang heterogen, kebobrokan
Konstantinopel, penghianatan para putri istana, pemebrontakan zukisyariah,
budaya pungli merajalela, dekadensi moral, perang yang berkesinambungan, mengabaikan
kesejahteraan rakyat, dan munculnya gerakan rasionalisme (Saat, 2011: 139-152).
B. Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Safawi
1. Asal Mula Dinasti Safawi
Dinasti Safawi di Persia berkuasa antara tahun 1520-1722 M, dinasti
safawi merupakan Kerajaan Islam di Persia yang cukup besar. Awalnya kerajaan
Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berada di Ardabil, yang
merupakan sebuah kota di Azerbaijan, tarekat ini dikenal dengan sebutan tarekat
Safawi yang diambil dari nama pendirinya yaitu Shafi Ad- Din (1252 – 1334)
(Amin, 2013: 187).
Sebelum menjadi sebuah
kerajaan besar, pada awalnya kerajaan Safawi hanya merupakan gerakan atau
aliran tarekat yang didirikan oleh Safi al-Din Ishak al-Ardabily (1252-1334 M)
di Ardabil, Azerbijan. Tarekat ini dinamakan Safawi yang diambil dari nama
pendirinya. Nama tersebut bertahan hingga aliran ini beralih menjadi gerakan
politik, bahkan hingga berhasil mendirikan kerajaan. Safi al-Din adalah seorang
sufi yang beraliran Syi‟ah. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa ia adalah
keturunan imam ketujuh Syi‟ah Itsna „Asyariah, Musa al-Qasim. Gurunya bernama
Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahid sekaligus sebagai mertuanya. Sebelum gurunya
wafat,. Safi al-Din ditunjuk sebagai penggantinya untuk memimpin tarekat Zahidiyah
yang didirikan oleh gurunya. Di bawah kepemimpinannya Zahidiyah beralih menjadi
Safawiyah. Para pengikutnya sangat teguh memegang ajaran agama (Syukur, 2009).
Kekuatan gerakan Safawi bangkit kembali setelah dipimpin oleh Ismail bin Haidar (1501-1524 M), yang sebelumnya ditunjuk oleh Ali. Pada saat tentara AK.Koyunlu menyerang Safawi (1494), Ismail meloloskan dirinya dan lari ke Ghilan. Ditempat persembunyiannya ia menghimpun kekuatan dan memelihara hubungan baik dengan para pengikutnya di Azerbijan, Syria dan Anatolia selama lima tahun ia bersiap siaga dengan pasukan Qizilbasy nya yang bermarkas di Gilan. Pada tahun 1501, pasukannya berhasil mengalahkan pasukan AK.Koyunlu, dengan menaklukkan Tybriz, pusat kekuasaan AK.Koyunlu. Di kota inilah Ismail memproklamirkan dirinya sebagai Syah Ismail I, penguasa I kerajaan Safawi. Dan sepuluh tahun kemudian, kerajaan Safawi menguasai seluruh Persia. Dengan demikian semakin tegaklah kerajaan Safawi dengan sistem pemerintahan teokrat, dan menjadikan Syi‟ah Itsna Asyariah sebagai mazhab resmi Negara.
2. Perkembangan dan Kemajuannya
·
Bidang Ekonomi
Kerajaan Safawi pada masa Syah Abbas
mengalami kemajuan di bidang ekonomi, terutama industri dan perdagangan. Di
antara kemajuan yang tampak dalam bidang ekonomi adalah :
a) Ramainya perdagangan melalui teluk Persi, dan meningkatnya ekspor
Safawi, terutama komoditi sutra.
b) Lancarnya perdagangan dengan luar negeri, terutama dengan Inggris,
hingga menimbulkan iri para niagawan Portugis.
c) Digalakkannya bidang pertanian, terutama yang digunakan untuk
peternakan ulat sutra, sehingga produktivitas pertanian meningkat.
d) Dibangunnya fasilitas perdagangan yang memadai, seperti sarana
transportasi, jembatan-jembatan, pusat-pusat perdagangan dan jalur yang luas
yang menghubungkan daerah sebelah timur laut Kaspia dengan daerah di sebelah
Barat (Mubasyoh, 2010: 10).
·
Bidang Bangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan
ini telah berhasil menciptakan Isfhan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang
sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah
seperti masjid- masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di
atas Zende Rud, dan istana chilil sutun. Kota Isfhan juga di perindah dengan
taman-taman wisata yang ditata secara apik. Sehingga ketika Abbas I wafat di
Isfhan telah terdapat 162 masjid, yang terbesar di antaranya adalah masjid Syah
Isfan, 48 Akademi, 1082 penginapan, dan 273 pemandian umum.
Di bidang seni, kemajuan Nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunanya, seperti terlihat pada masjid Syah Isfan yang di bangun 13 tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang di bangun tahun 1603 M. unsur seni lainnya terlihat pula dala bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian, dan tenunan, mode, tembikar,dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai di rintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Isma‟il I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad (Hodsgon, 1974).
·
Bidang Ilmu Pengetahuan
pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan
ini terus berlanjut. Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majlis istana
yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi (generalis iptek), Sadar Al-Din Al-Syaerazi
(filosof), dan Muhammad Baqir bin Muhammad Damad (teolog, filosof, observatory
kehidupan lebah-lebah).
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Safawi lebih mengalami kemajuan dari pada kerajaan Mughal dan Turki Usmani. Pada masa Safawi Filsafat dan Sains bangkit kembali di dunia Islam, khususnya di kalangan orang-orang Persia yang berminat tinggi pada perkembangan kebudayaan. Perkembangan baru ini erat kaitannya dengan aliran Syiah yang ditetapkan Dinasti Safawi sebagai agama resmi Negara (Hodsgon, 1974).
3. Runtuhnya Dinasti Safawi
·
Secara khusus, M. Zurkani Yahya
(1984:18-19) meneyebutkan ada tiga faktor yang mempercepat kemunduran dan
kehancuran Kerajaan Safawiyah, diantaranya:
a. Adanya sistem
pergantian syah yang tidak konsisten
b. Petulangan para tokoh
pemerintahan yang oportunis
c. Menurunnya loyalitas para
pendukung kerajaan kepada Kerajaan Safawiyah
·
Dalam literatur lain Badri Yatim
(2005:158-159) menjelaskan sebab- sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan
Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani,
berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliran Syi‟ah merupakan ancaman langsung
terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung
lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa
Shah Abbas I. Namun, tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan
setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar
Islam itu (Yatim, 1993: 158-159).
·
Penyebab lainya adalah dekadensi moral yang
melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses
kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, di samping pecandu berat narkotik, juga
menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa
sekali pun menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga Sultan Husein.
·
Penyebab penting lainnya adalah karena
pasukan ghulam (budak- budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki
semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena
pasukan tersebut tidak disipakan secara terlatih dan tidak melalui proses
pendidikan rohai seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota
Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama
dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
C. Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Mughal
1. Asal Mulanya Dinasti Mughol
Peletak dasar dinasti Islam di India adalah Kutbu‟ddin Aibak
(1206-1211), yang berhasil mendirikan kerajaan Islam di India yang merdeka
Setelah merasa cukup kuat untuk mendirikan kekuasaan di India, pada tahun 1206
ia mendirikan Kesultanan Delhi di India yang berhasil dipertahankan hingga
1290. Dinasti keturunan Aibak sering disebut dinasti keturunan hamba-hamba
raja, karena Aibak sendiri bukanlah keturunan raja. Sultan Balban adalah raja
terakhir dinasti keturunan hamba-hamba raja. Dia tidak meninggalkan keturunan
dan pemerintahan. Kesultanan Delhi selanjutnya diambil alih oleh dinasti
raja-raja keturunan Khilji (1290-1321), kemudian dilanjutkan raja-raja
keturunan Tughlak (1321-1399), dinasti para Sayid (1414-1451), dan dinasti
rajaraja keturunan Lodi (1451-1526), kemudian yang terakhir adalah dinasti
Dinasti Mughol.
Pergantian pemerintahan
para raja yang berkuasa di Delhi tidak mulus begitu saja, tetapi sering
terbentur pertumpahan darah dan saling menjatuhkan. Keturunan ketiga keluarga
Lodi adalah Sultan Ibrahim Lodi (1517-1526) yang dianggap oleh beberapa
pembesar kerajaan kurang cakap memerintah. Paman Ibrahim Lodi yang bernama
Dhaulad Khan dan Alam Khan menjalin kerjasama dengan bangsa Mongol Sultan Babar
dari Kabul (timur Afghanistan) untuk menjatuhkan Ibrahim Lodi. Kelompok Sultan
Babur ini telah lama masuk Islam, dan mereka ahli dalam melakukan peperangan.
Sultan Babar/Babur adalah seorang keturunan bangsa Turki (pihak ayah) dan
bangsa Padang Pasir Lodi/ Jengis Khan (pihak ibu).
Sebagai seorang keturunan Mongol, Babur memiliki sifat bawaan pemberani dan ahli dalam perang. Ia berpandangan bahwa India akan berhasil dibangun menjadi imperium yang kuat mengingat kekayaan yang dimilikinya. Pada saat Babur berkuasa di Kabul, situasi di India sedang dalam masa kekacauan pada masa pemerintahan Ibrahim Lodi. Kesempatan ini sebagai pintu bagi Babur untuk merealisasikan impiannya memperluas imperium sampai di India. Sultan Babur segera menyiapkan pertempuran untuk menjatuhkan raja Lodi. Hingga, Pada tahun 1526 terjadi pertempuran besar di kota Panipat. Sultan Ibrahim Lodi dapat dikalahkan oleh tentara Sultan Babur, dan berakhirlah kerajaan Delhi. Sultan Babar kemudian mendirikan kerajaan Moghul dan pemerintahannya terkenal dengan nama kesultanan Moghul dengan ibu kotanya di kota Agra (Supardi, Vol.5, 2008: 2-3).
2. Perkembangan Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan bercorak Islam yang berhasil menguasai seluruh kawasan India bagian barat pada abad ke 18 dibawah kepemimpinan Jalalludin Muhammad Akbar, hal ini merupakan sebuah prestasi besar bagi seorang khilafah Islam, yang mana sebelumnya belum pernah ada yang berhasil menyatukan masyarakat Hindustan (India) dibawah aliansi Kerajaan Islam baik pendahulu Akbar maupun kerajaan Islam yang lain. Bangsa Mughal merupakan kabilah-kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa pengembala, hidup secara nomadik dan lihai mengayuhkan pedang perang, yang berasal dari daratan Asia (daratan Mongolia) yang luas memanjang dari Asia Tengah, Siberia Selatan, Tibet Utara, dan Turkistan Timur (Al-„Usairy, 2003:322-332).
Jalalludin Muhammad Akbar lahir di Amarkot, Sind Utara pada hari Kamis, 23 November 1542 A. C dari pernikahan Raja Nashiruddin Humayyun (Raja kedua Mughal) dan Ratu Hamida Bano (Putri Persia). Sultan Akbar merupakan keturunan ketujuh dari Timur Leng (Beveridge, 1907:519). Pemerintahan Jalalludin Muhammad Akbar berlangsung dari tahun 1556 M- 1605 M. Keberhasilan pemerintahan Sultan Akbar tidak terlepas dari setiap penerapan kebijakan pemerintahan yang menggunakan strategistrategi yang revolusioner dibandingkan pemerintahan Babur dan Humayyun. Setiap kebijakan Sultan Akbar didasari terhadap kondisi sosial-kultural masyarakat India, bahwasanya kelemahan masyarakat Hindustan adalah kerendahan hati, dengan rasa simpati dan empati yang ditumbuhkan didalam diri masyarakat lambat laun menjadikan sebuah dukungan tersendiri terhadap pemerintahan Akbar (Sari, et al., 2020: 2).
Mughal merupakan suatu kerajaan bercorak Islam yang berkembang di India pada abad ke 18. Jalalludin Muhammad Akbar adalah seorang raja yang membawa mughal dimasa kejayaan dengan strategi-strategi yang bijak. Setiap strategi yang diterapkan Sultan Akbar dilatarbelakangi oleh kepentingan masyarakat Mughal dan legistimasi kekuasaan Akbar di India. Kebijakan yang diterapkan antara lain kebijakan politik militeristik dengan penerapan politik Sulh-e-kuhl, pada bidang perekonomian penerapan sistem pertanian, perpajakan tanah dan berkembang sistem perdagangan seperti kain gordyn. Sistem agama ditepkan UU Din Illahi atau UU toleransi agama sedangkan pada bidang seni digalakkan kesenian identitas Mughal dengan mendirikan sekolah kesenian dan menciptakan para seniman hebat yang menghasilkan suatu karya bangsa Mughal seperti seni lukis dan seni ukir yang dapat dilihat dari bangunan peninggalan pemerintahan Mughal di India pada masa pemerintahan Jalalludin Muhammad Akbar, selain itu sultan juga menciptakan sebuah bahasa baru yang dinamakan bahasa Urdhu yaitu perpaduan dari bahasa Arab, Persia dan India yang menjadi bahasa Mughal. setiap kebijakan di pemerintahan Akbar membawa dampak positif yang mana masyarakat dan Sultan membangun pemerintahan bersama-sama, akan tetapi kebebasan yang diberikan mengakibatkan penyalahgunaan sistem kebijakan yang menghasilkan pemberontakan-pemberontakan hingga Sultan Akbar jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya (Sari, et al., 2020: 2).
3. Berbagai
peninggalan Dinasti Mughal
a. Sistem Politik dan Ekonomi.
1) India sebagai negara merdeka.
2) Pembagian
Wilayah Kerajaan
3) Sumber
Pendapatan Negara
4) Perubahan
Sosial
5) Seni dan Bangunan
4. Perkembangan Kepercayaan dan Aliran Keagamaan
Masuknya Islam di India bukan tidak
menimbulkan masalah konflik kepercayaan. Hal ini sangat wajar mengingat di
wilayah tersebut berkembang dua agama besar terutama Hindu dan Islam. Sikap
para penguasa Islam yang berusaha membuat keadilan dalam menjalankan ibadah
kadang sulit dilakukan oleh munculnya berbagai kecurigaan dan kesalahpahaman
politik. Upaya melakukan akomodasi kedua agama ini pernah dilakukan oleh Sultan
Akbar dengan melahirkan ajaran baru Din Illahi tahun 1582 namun tidak mendapat
respon positif dari para ulama Islam. Akbar juga memperistri seorang Hindu dengan
maksud menghilangkan pertentangan dua pemeluk agama terbesar di India tersebut.
Islam dan Hindu yang kadang memunculkan pertentangan tersebut kemudian
mendorong munculnya aliran kepercayaan baru yang kemudian berkembang menjadi
salah satu agama besar di India. 30 Pada abad XV muncul agama Sikh yang
merupakan sinkritisme Islam dan Hindu dengan pemimpinnya yang terkenal dengan
sebutan Guru Nanak (1469-1539). Sikh (artinya murid) terus berkembang, dan guru
Nanak laksana sebagai Rasul yang kemudian dilanjutkan oleh guru-guru
selanjutnya sampai guru ke sepuluh yakni Guru Govind Singh (1675-1708). Agama
Sikh terus berkembang dan mendapat tentangan baik umat Islam maupun Hindu.
Lambat laun penganut Sikh membuat kelompok tersendiri dan berhasil membangun
kekuatan baru di Asia Selatan.
5. Runtuhnya Dinasti Mughal
Ada dua faktor kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal, yaitu faktor
internal dan eksternal. Kedua faktor ini memiliki hubungan yang sangat erat
antara satu dengan yang lain.
a. Faktor Internal
1)
Tidak Adanya Kejelasan Lajur Suksesi.
2)
Lemahnya Para Pewaris Tahta kerajaan
3)
Pola hidup yang cenderung mewah dan boros
4)
Kebijakan Puritanisme
5)
Pemaksaan Ajaran Syi’ah
b. Faktor eksternal
1) Adanya
pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang Hindu dan Sikh,
2) Adanya
serangan-serangan dari luar, seperti yang dilakukan oleh Nadir Syah pada tahun
1739 M. karena menganggap kerajaan Mughal telah banyak sekali memberikan
bantuan kepada para pemberontak Afghan di daerah Persia
3) Demikian halnya dengan serangan yang dilakukan oleh Ahmad Khan
Durrani dari Afghan tahun 1761 M. sehingga membuat Mughal akhirnya menjadi
kerajaan boneka, meskipun Syah Alam selaku raja ketika itu masih diperkenankan
untuk memakai gelar Sultan (Boswirh, 1993: 238)
4) Datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC
Masuknya bangsa-bangsa Barat ke India telah menambah konflik semakin
rumit untuk diselesaikan Dinasti Moghul. Inggris berhasil membuka pintu timur,
yakni di Selat Benggala, ditandai pada tahun 1764 Gubernur Benggala sebagai
pintu masuk India ditundukkan Inggris yang. Sejak saat itulah penetrasi bangsa
Barat semakin merangsek ke berbagai pelosok India. Walaupun demikian, secara
formal keberadaan Dinasti Moghul masih ada hingga tahun 1857, ketika Sultan
Bahadur Shah yang berkuasa masa tersebut dijadikan simbol
perlawanan/pemberontakan terhadap Inggris yang terkenal dengan nama
“Pemberontakan Sepoy, Sepoy Mutiny, atau The First War of India Independence
(Supardi, Vol.5, 2008: 96-101).
Amin, Samsul
Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2013.
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1993)
Sulaiman Saat, Hunafa:
Jurnal Studia Islamika. Vol. 8, No.1, Juni 2011: 139-152. UIN Alauddin
Makassar
Hodsgon,
Marshal G.S. 1974. The Venture of Islam. Chicago: Chicago University
Press
Nata,Abuddin. Sejarah
Pendidikan Islam (cet. ke-2; Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2010)
Hounari,
Albert. Sejarah bangsa bangsa Muslimi (Bandung, Mizan 2004)
K. Ali, A
Study of Islam, 1978.
Mubasyoh, Sejarah
dakwah, Kudus: Nora Media Enterprise, 2010.
Mughni,
A.Syafiq Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (Jakarta: Logos 1997)
Stodard,
Lothrop. The New World of Islam, terj. Gazali Gzalba, dkk. Dunia Baru
Islam (Jakarta: Pustaka,1996),
Supriadi, Dedi.
Sejarah Peradaban Islam (cet. ke-1; Bandung: PustakaSetia, 2008)
Syukur, Fatah.
2009. ”Sejarah Peradaban Islam”.Semarang : Pustaka Rizki Putra
Comments
Post a Comment