Sejarah Peradaban Islam 2 (UAS) : ISLAM DI ASIA TENGGARA

 ISLAM DI ASIA TENGGARA

A. Sejarah Perkembangan Islam di Wilayah Asia Tenggara

Walaupun sulit untuk mengetahui secara persis perkembangan awal agama Islam di kepulauan ini (karena kurangnya sumber informasi), cukup jelas bahwa perdagangan intenasional merupakan faktor yang sangat penting. Kemungkinan besar para pedagang Muslim dari berbagai negara telah ada di wilayah maritim Asia Tenggara sejak periode awal Islam. Sumber-sumber paling awal melaporkan bahwa sejumlah penduduk asli telah memeluk agama Islam sejak awal abad ke-13. (Suni, Indonesia Investments, 2021)[1]

Sementara itu, batu-batu nisan mengindikasikan keberadaan sebuah kerajaan Muslim di Sumatra Utara pada tahun 1211. Mungkin kerajaan-kerajaan lokal mengadopsi agama baru ini karena bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu dalam perdagangan dengan para pedagang asing yang sebagian besar beragama Islam. Tidaklah jelas mengapa para penduduk asli Nusantara tampaknya baru memeluk agama Islam berabad-abad setelah agama ini sudah tiba dan dikenal di wilayah tersebut. Baru dari abad ke-15 dan selanjutnya, kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan Islam menjadi kekuatan politik dominan di kepulauan ini, meskipun mereka akan kemudian dikalahkan oleh para pendatang baru dari Eropa (Portugis dan Belanda) di abad ke-16 dan abad ke-17. [2](Kumparan, 2021, vol 1)

Islam di Nusantara awalnya dibawa oleh pedagang dari Gujarat, India pada abad ke 11. Sampai dengan abad ke 16, Islam telah melampaui jumlah penganut ajaran Hindu dan Buddha yang menjadi agama dominan bagi masyarakat Jawa dam Sumatra. Wilayah Bali tetap mempertahankan mayoritas agama Hindu, sedangkan pulau-pulai di timur Indonesia tetap menganut animisme sampai abad ke 17 dan 18 sebelum akhirnya Kristen menjadi agama yang dominan di sana. [3] (Laffan, 2015)

Berangkat dari permasalahan yang coba diangkat dalam penelitian ini maka penelitian menggunakan beberapa konsep kajian sumber, yakni tentang jalur masuknya Islam di Indonesia :

1.   Teori Arab Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. [4](Aji, 2018)

2.   Teori Gujarat, teori yang mengatakan bahwa Islam di nusantara datang dari India pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872.

3.   Teori Bengali, teori ketiga yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (Bangladesh). (Benmashoor, Wordpess, 2006)

4.   Teori Persia. Teori keempat tentang kedatangan Islam di nusantara adalah teori Persia. Pembangun teori ini di Indonesia adalah Hoesein Djayadiningrat.

5.     Teori Persia lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia. [5] (Rahmad, 2017)

 

B. Kemajuan Islam di Asia Tenggara.

Wilayah barat Indonesia yang padat penduduknya pada umumnya memiliki jumlah penduduk Muslim yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah timur Indonesia. Karena perdagangan memiliki peran yang signifikan dalam proses Islamisasi di Indonesia, pulau-pulau yang lebih dekat dengan rute-rute perdagangan utama menerima lebih banyak pengaruh Islam. Wilayah barat Indonesia, yang telah menjadi bagian dari jalur perdagangan global sejak sejarah awal manusia, lebih banyak menerima pengaruh-pengaruh Islam yang disebarkan melalui proses perdagangan, dan karena itu mengalami proses kebangkitan dan kejatuhan kesultanan-kesultanan Islam sejak abad ke-13. Hal ini terutama terjadi di wilayah sekitar Selat Malaka (yang terletak di antara Malaysia dan Indonesia) yang dari dulu (sampai sekarang) adalah salah satu jalur perdagangan laut tersibuk di dunia. [6] (Raditya, 2007)

Melompat ke masa kini, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup cepat sejak tahun 1970an. (Sangkualita.blogspot.com, 2017)[7]

Mengingat penduduk Muslim setara dengan hampir 90% dari jumlah total penduduk Indonesia, mereka dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan ini (yaitu peningkatan konsumsi dan urbanisasi). Di kota-kota besar (terutama di pulau Jawa yang merupakan pulau paling padat penduduk di Indonesia) kelompok masyarakat ini menunjukkan gaya hidup yang semakin konsumtif. Hal ini terutama berlaku untuk komponen kelompok Muslim moderat yang berjumlah sangat besar. Mereka semakin menerapkan gaya hidup perkotaan yang modern, yang didukung dengan alat-alat elektronik dan gaya busana terbaru. Walaupun peminat fashion Islam sedang meningkat cukup cepat di Indonesia, permintaan untuk perbankan syariah dan pelancongan halal masih tetap rendah (bahkan pelancongan halal justru dikembangkan sebagai strategi untuk menarik wisatawan Muslim asing untuk menghabiskan liburan di Indonesia)

C. Modernisasi Islam di Asia Tenggara

Penyebaran dan pengaruh pembaharuan Islam  modern di Asia Tenggara sejak awal abad ke-20 dipelopori oleh gagasan pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh menjadi lebih tersebar luas di seluruh Dunia Islam, tatkala seorang murid Muhammad Abduh yang bernama Muhammad Rasyid Ridha (1865–1935) menerbitkan majalah Al-Manar di Mesir. Majalah Al-Manar inilah yang secara kongkrit menjabarkan ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, serta berpengaruh langsung kepada gerakan modernisme Islam di Asia Tenggara pada awal abad ke-20.[8] (Azra, 1989)

Kebangkitan Islam di abad ke-19 hingga 21 adalah sebuah fenomena global. Seiring dengan adanya interaksi dengan peradaban Barat di abad ke-18, umat Islam menyadari ketebelakangan peradabannya dibandingkan Barat. Interaksi tersebut berlanjut menjadi media refleksi dan digunakan sebagai kesempatan untuk mempelajari peradaban Barat.[9] (Saifullah, 2010)

Namun kebangkitan Islam tidak semata-mata terinspirasi oleh kemajuan peradaban Barat. Evers dan Sharon Siddique mencatat ada empat model gerakan yang melatarbelakangi kebangkitan Islam. Pertama, gerakan penolakan atas rasionalisasi, yaitu penolakan atas demistifikasi dunia. Kedua, gerakan sebagai sebuah usaha untuk mengatasi tekanan-tekanan modernisasi. Ketiga, gerakan anti imperialis dan hegemoni. Dan keempat, gerakan pembaruan yang merupakan doktrin agama itu sendiri (1993).[10] (Azra, 1999)

DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra. Perspektif Islam Di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989.

———. Renaisans Islam Asia Tenggara. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.

Iswara N. Raditya. Sosial Budaya, 2007.

“Kumparan,” Vol. 1, 2021.

Michel Laffan. Sejarah Islam Di Nusantara, 2015.

Rahmad. Sejarah Indonesia, 2017.

Saifullah. Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Sang Kualita. “Kehutanan,” 2017. Sangkualita.blogspot.com.

Seno Aji. Teori Masuknya Islam Di Nusantara, 2018.

Suni. Indonesia Investments, 2021.

 

 

 

 

                                                                                 

 



[1] Suni, Indonesia Investments, 2021.

[2] “Kumparan,” vol. 1, 2021.

[3] Michel Laffan, Sejarah Islam Di Nusantara, 2015.

[4] Seno Aji, Teori Masuknya Islam Di Nusantara, 2018.

[5] Rahmad, Sejarah Indonesia, 2017.

[6] Iswara N. Raditya, Sosial Budaya, 2007.

[7] Sang Kualita, “Kehutanan,” 2017, Sangkualita.blogspot.com.

[8] Azyumardi Azra, Perspektif Islam Di Asia Tenggara (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989).

[9] Saifullah, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).

[10] Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999).

    

Comments

Popular posts from this blog

UAS ILMU MANTIQ : JURNAL 2

Sejarah Peradaban Islam 2 (UAS) : Kerajaan Islam Zaman Penjajahan Belanda